Selama bulan Juni hingga Juli, bangsa Indonesia "disibukkan" dengan tiga agenda besar yang berbeda maksud dan tujuan, namun ada benang merah di antara ketiganya. Ada kaitan atau saling menunjang walau berbeda makna.
Ketiga kegiatan yang berjalan sebulan penuh itu adalah, Pemilu Presiden 2014 yang kampanyenya sejak 4 Juni dan coblosannya 9 Juli dengan capres dan cawapres dua pasangan, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Berikutnya, Piala Dunia Sepak Bola yang berlangsung di Brazil, mulai 12 Juni hingga final 14 Juli. Dan, ketiga, ialah bulan suci bagi umat Muslim, Bulan Puasa Ramadhan, yang mulai 28 atau 29 Juni hingga Lebaran Idul Fitri 1435 Hijriah pada 28 Juli.
Ketiga kegiatan akbar tersebut merupakan aktivitas rutin. Pilpres lima tahunan, Piala Dunia empat tahunan dan Puasa Ramadhan setahun sekali. Bedanya hanya pada Piala Dunia, di mana Indonesia hingga kini belum pernah berpartisipasi (pernah sekali zaman penjajahan dengan nama Hindia Belanda).
Tentunya, selama Pilpres berlangsung diharapkan roh dari Piala Dunia maupun Ramadhan merasuk pada pesta demokrasi menentukan pemimpin Bangsa Indonesia lima tahun ke depan, yaitu diwarnai dan dijalankan dengan penuh sportivitas serta amanah.
Setidaknya, Pilpres menjauhkan dari kampanye hitam, saling menjelekkan, fitnah, adu domba, bahkan SARA. Harus menjaga sportivitas selayaknya para pesepak bola dari 32 negara yang berebut supremasi di Brazil, serta "tepo seliro", menahan diri dari tindakan terkutuk, menjauh dari segala larangan --karena selama Ramadhan--.
Ada hikmahnya memang, Pilpres kali ini "berbarengan" dengan Piala Dunia dan Ramadhan, setidaknya saat sahur bisa tepat waktu, karena Piala Dunia berlangsung di Tanah Air saat subuh hingga pagi hari --perbedaan (lebih lambat) 12 hingga 13 jam dengan Brazil--.
Dengan kondisi seperti itu, tentunya bisa meminimalkan "serangan fajar" dari tim sukses capres-cawapres yang merasa jagonya bakal kalah --berdasarkan hasil survei--. Tim sukses disibukkan dengan pertandingan sepak bola yang sayang kalau dilewatkan, terus sahur untuk berpuasa, kalau melakukan hal negatif tentu akan pikir-pikir, karena bisa menyebabkan puasa batal.
Jadinya, kita berharap Piala Dunia dan Ramadhan maknanya mengiringi pemimpin Nusantara terpilih kelak, yakni benar-benar bersih, jujur dan amanah, tanpa noda --walau di dunia tidak ada yang sempurna--, karena mereka terpilih dengan sportif dan religi. Amin. (*)
0 Komentar untuk "Pilpres, Piala Dunia dan Ramadhan "